Selasa, 29 Juni 2010

PKS Menikah...?


Aug 10, '08 4:03 AM
for everyone
(pernik PKS ed. ke-6)

sumber : http://auliaagusiswar.multiply.com/journal/item/54/PKS_Menikah...

Melihat judul di atas, mungkin di antara kita ada yg mengernyitkan dahi atau tersenyum penuh ketidakmengertian : 'Apa maksudnya PKS menikah? Apa hubungan antara PKS dengan pernikahan?' Oke, begini ceritanya...

Utsman ibn Affan pernah mengatakan : 'ALLAH Mengamanahkan kepada politik/kekuasaan hal-hal yg tidak dapat dilakukan oleh al Quran secara sendirian.' Dalam pernyataan ini terdapat 2 entitas, yaitu politik/kekuasaan dan al Quran. Dengan memahami isi pernyataan tersebut, penulis memahami bahwa klasifikasi bangunan Islam secara umum ada 2, yaitu iman dan 'amal shalih; iman diwakili oleh alQuran (bersama as Sunnah) dan 'amal shalih diwakili oleh politik. Iman bersifat teoritis-normatif-idealita, 'amal shalih bersifat praktis-positif-realita. Berarti, iman adalah setengahnya Islam dan 'amal shalih juga adalah setengahnya Islam; al Quran adalah setengah agama dan politik juga setengahnya agama. Kedua entitas ini merupakan satu kesatuan yg tidak terpisah. ALLAH Berfirman : 'ALLAH telah Berjanji kepada orang beriman dan beramal shalih bahwa mereka akan dijadikanNya berkuasa di muka bumi ini...'(Q.S. An Nur : 55). Kalau umat Islam tidak berkuasa/berpolitik, maka ajaran Islam tidak dapat diimplementasikan secara menyeluruh dan total. Oleh karena itulah Hasan al Banna menyatakan bahwa level/maqam/derajat ttertinggi kepribadian seorang muslim adalah menjadi seorang politisi. Dengan menjadi politisi, seorang muslim akan mengerahkan seluruh kemampuan dirinya. 

Ketika dikatakan bahwa politik adalah setengahnya agama, mungkin kita akan 'protes' : 'Bukankah setengah agama itu adalah menikah?' Betul, penulis juga memahami, selama ini jika ada orang Islam menikah, maka kita anggap orang Islam tersebut telah menggenapkan setengah agama (din)-nya. Tapi, perlu diingat, di dalam Islam itu ada yg namanya domain fardhiyah (individu) dan domain jama'ah (kolektif). Nah, dalam konteks individu, setengahnya agama adalah menikah, dan dalam konteks jama'ah, setengahnya agama adalah politik dalam artian umat Islam memegang tampuk kekuasaan.

Kemudian, jika pemahaman di atas kita gunakan untuk 'membaca' PKS, maka penulis berpendapat bahwa PKS belum menikah, PKS belum berkuasa, alias masih bujangan. Dalam perjalanannya PKS telah 2 kali melakukan ta'aruf/perkenalan yg merupakan tahap awal pernikahan, yaitu ta'aruf politik/Pemilu 1999 dan Pemilu 2004. Tapi 2 kali itu pulalah PKS ditolak oleh pinangannya, karena syaratnya belum terpenuhi.
Di belahan bumi yg lain, 2 saudara kembar PKS, yaitu HAMAS dan AKP, telah berhasil menikah. HAMAS telah berhasil menikahi negara Palestina dengan meraup sekitar 57% suara merebut 76 kursi dari 132 kursi pada Pemilu Palestina 2006 (sebelumnya pada pemilu kota Ghaza HAMAS merebut 77 kursi dari 118 kursi dengan menguasai 7 wilayah dari 10 wilayah) . Adalet ve Kalkinma Partisi/ AKP (Partai Keadilan Pembangunan) berhasil menikahi negara Turki dengan meraup suara 46,7% merebut 340 kursi dari 550 kursi parlemen. AKP berhasil pula membina keluarga yg sakinah mawaddah warahmah dalam artian berhasil menjadikan Turki sebagai negara yg makmur dan sejahtera (inflasi menurun, investasi berkembang signifikan, pertumbuhan ekonomi mencapai 7%), bahkan berhasil pula memasukkan Turki ke dalam European Union. Sungguh, sebuah lompatan yg sangat menggembirakan sekaligus mencengangkan. Sedangkan untuk kasus HAMAS, meskipun telah memenangi Pemilu dengan hasil yg sangat fantastis, tetapi HAMAS belum berhasil membangun rumah tangga yg sakinah mawaddah wa rahmah. Setelah HAMAS berkuasa, keadaan sosial-ekonomi Palestina semakin merosot tajam. Hal ini terjadi karena faktor eksternal, yaitu tekanan pemerintahan Amerika, Inggris dan Israel yg tidak merestui pernikahan HAMAS, mereka mendelegitimasi kemenangan HAMAS. Juga karena faktor internal, yaitu faktor profesionalitas kader-kader HAMAS yg mungkin belum semuanya memenuhi standar untuk mengelola sebuah negara. Sampai-sampai Dr. Yusuf al Qaradhawy menghimbau HAMAS untuk menggalakkan 'jihad madani' yaitu jihad untuk membangun negara, tanpa melupakan 'jihad qital' melawan Zionis-Israel. 

Selain 2 saudara kembar PKS tersebut, jangan lupa, ada IM di Mesir yg merupakan kakak kandung PKS, HAMAS, dan AKP. Nasib IM juga sama seperti PKS, belum menikah alias bujangan. Tapi, bedanya, PKS belum menikah karena syarat suara belum terpenuhi, sedangkan IM belum menikah bukan karena syarat belum terpenuhi, tapi mungkin, menurut penulis, menunggu adik-adik kandungnya menikah dahulu di berbagai negara termasuk PKS di Indonesia. Sebetulnya IM bisa menikah sekarang juga hanya dalam waktu singkat, karena meskipun IM organisasi terlarang tapi kader-kadernya menguasai berbagai elemen di Mesir. Masalahnya, jika IM menguasai Mesir sekarang, pasti pemerintahan Amerika, Inggris, Israel akan memberangusnya.

Nah, berarti pernikahan PKS sudah ditunggu-tunggu oleh kakak kandungnya dan saudara-saudara kembarnya yg lain. Insya ALLAH pada tahun 2009 besok PKS akan ta'aruf lagi. Karena sekarang PKS masih bujangan, masih banyak yg menjadi larangan, sama seperti orang yg belum menikah. Ketika nanti ta'arufnya diterima, maka PKS akan jadi pajangan di kursi pelaminan. Setelah itu yg 'jangan-jangan'/larangan tadi akan menjadi hilang, yang tinggal adalah 'pa' dan 'bu', sah menjadi 'ba-pak' dan 'i-bu'. Jadi bu-jangan dulu, terus menjadi pa-jangan, setelah itu 'jangan-jangan'-nya hilang, menjadi 'bapak-ibu'. Mudah-mudahan tercapai.
Penulis berharap, pernikahan/kemenangan PKS nanti merupakan kombinasi positif kemenangan HAMAS dan AKP. Kalau HAMAS berhasil meraup suara di atas 50%+1, tapi profesionalitas pengelolaan negaranya belum menggembirakan. Sedangkan sebaliknya, AKP meskipun menang, hanya meraup suara di bawah 50%, tapi profesionalitas pengelolaannya negaranya sangat menggembirakan. Nah, kita harapkan, kemenangan PKS nanti meraup suara lebih dari 50%+1 seperti HAMAS, dan profesionalitas pengelolaannya sangat menggembirakan seperti AKP. Ini bukan khayalan, karena harapan itu masih ada. Sekarang PKS bertekad : 'Indonesia, akan kupinang engkau dengan keadilan.' (a2i)

Senin, 21 Juni 2010

Kitalah Simbol Dakwah Itu

Kalau kita mengikat diri dengan gaya yang berbeda, kalau kita berusaha menyelesaikan semua urusan dan tanggung jawab kita dengan sempurna, kalau kita pada akhirnya tegas menolak segala bentuk kebathilan yang ditawarkan manusia, kalau kita teguh dan tegas dengan segala macam bentuk prinsip yang Rasululloh ajarkan, semua itu bukan semata-mata karena kita sebagai seorang muslim yang berusaha taat. Tetapi juga dan terutama karena kita adalah simbol keimanan tersebut.


Jangan paksa orang mengenal kita dengan interaksi yang panjang. Jangan paksa orang mengkhususkan waktu untuk kita. Jangan paksa orang membaca karakter dan tulisan kita. Jangan paksa orang untuk tekun mendengar kata-kata kita. Karena mereka sudah mempunyai segudang kesibukan dan tanggung jawab. Karena persepsi mereka sudah terpola dengan lingkungan. Karena bukan kebutuhan mereka mengenal kita. Kitalah yang membutuhkan mereka.

Selalu, dalam sebuah peristiwa besar hanya sedikit orang yang menggerakkannya. Merekalah pelaku sejarah. Merekalah yang sadar akan skenario cerita. Merekalah yang mampu melihat akhir dari sebuah proses. Maka merekalah yang memutarbalikkan biduk kehidupan. Dan kita adalah bagian mereka.

Kita berbeda bukan karena kita lebih mulia. Kita berbeda bukan karena kita lebih utama. Kita berbeda karena perbedaan tersebut adalah pilihan, dan kita telah memilih. Kita memilih untuk bersama keimanan. Kita memilih untuk berhimpun dalam ketaatan. Kita memilih untuk bergerak dalam aturan yang sudah di gariskan. Kita memilih Islam untuk kehidupan.

Inilah pilihan yang telah kita proklamirkan menjelang kelahiran. Ketika Allah SWT mengangkat perjanjian dengan kita, “Apakah Aku ini adalah Rabb kalian ?”, dan kita pun berikrar, “ Ya… Engkau adalah Rabb kami”. Kita membentangkan peta kehidupan. Sepenuh hati menerima ketetapan Allah dan Rasulullah, kemudian melantunkan senandung …

Allah Tujuan kami

Muhammad Tauladan kami

Al Qur’an Petunjuk kami

Jihad Jalan hidup kami

Dan Syahid di Jalan Allah, Cita tertingi kami



Maka sejak itulah kita berbeda. Sejak itulah kita tumbuhkan cinta dan perhatian. Sejak itulah kita hidupkan hati dengan kepekaannya. Sejak itulah kita pupuk kerinduan akan ketaatan. Sejak itulah kita memendam keinginan besar, mengajak sebanyak mungkin orang untuk bersama dalam ketaatan. Sejak itulah … Kita adalah apa yang menjadi nilai diri kita.

Imam Syahid Hasan Al Banna menegaskan kepada kita semua, :

” Wahai Ikhwan al Mujahiddin, saya ingin kita benar-benar memahami dimanakah kedudukan kita di tengah-tengah penduduk bumi zaman ini ? dimanakah posisi dakwah kita di antara dakwah yang ada ? Jamah apakah jamaah kita ini ? Dan untuk tujuan apakah Allah menghimpun, menyatukan hati kita, dan pandangan kita, serta menampilkan fikrah kita di saat dunia di landa situasi krisis dan merindukan kedamaian dan keselamatan ?

Ingatlah baik-baik wahai Ikhwan !

Kita adalah Ghurobba, Orang yang dianggap asing, yang mengadakan perbaikan di tengah-tengah kerusakan manusia. Kita adalah kekuatan baru yang dikehendaki oleh Allah untuk membedakan yang Haq dan yang Bathil disaat pembeda diantara keduanya telah kabur.. kita adalah da’i-da’i Islam, pewaris Risalah Al Qur’an. Penghubung antara langit dan bumi, pewaris Rasulullah Muhammad saw dan para khalifah dari generasi shahabat.

Dengan inilah dakwah kita lebih unggul daripada dakwah-dakwah yang lain, dan tujuan kita lebih mulia daripada tujuan yang lain. Kita bersandar pada tiang yang tegar dan berpegang pada tali yang kokoh yang tidak mungkin putus. Kita telah mengambil cahaya di saat manusia dalam kegelapan, tersesat, dan menyimpang dari jalan kebenaran”.

Tidak satupun diantara kita yang bermaksud memburu kesenangan duniawi dibawah naungan bendera dakwah. Kita mengorbankan jiwa dan harta tidak lain hanya bersandar kepada Allah dengan mengharap pertolongan dan pahala dariNya. Kita meyakini dan pahala dariNya. Kita meyakini sepenuh hati, “Cukuplah Allah sebagai pelindung dan cukuplah Allah sebagai penolong”. (QS. 4: 45)

Marilah kembali kita sadari semua itu. Biarlah keletihan, himpitan kehidupan, godaan kesenangan, mengalir keluar bersama desah nafas kesadaran kita akan kemuliaan tawaran yang Allah sediakan. Marilah menjemput semangat yang pernah berkobar, jika kini ia mulai melemah. Marilah bergegas meraih komitmen keimanan, jika kini ia terasa hilang. Sungguh, kafilah ini terus bergerak, tidak menunggu dan tidak terburu-buru.

Hari-hari kita selalu menjadi hari-hari pembuktian. Waktu-waktu kita selalu menjadi waktu-waktu pendeklamasian. Sikap hidup dan perilaku kita selalu menjadi pembenaran atas seluruh komitmen nilai, kata-kata yang terlantunkan, dan pemikiran yang tertuliskan.

Jika ideologi lain, pergerakan nilai yang lain, kekuatan dan keyakinan yang lain, memiliki simbol dengan lambang, bendera, dan warna-warni tertentu, maka kita adalah simbol itu sendiri. Setiap kader dakwah adalah simbol dakwah itu sendiri. Kitalah lambang, kitalah bendera, kitalah warna-warni, atas seluruh nilai yang kita serukan.

Kita tidak hanya kaya kata-kata, tidak hanya pandai berretorika, tidak hanya pandai menghujat keburukan, tidak hanya menyalahkan kebobrokandan semua bentuk pembeda atas kelalaian, tidak amanah, dan kesombongan. Kitalah pelaku sejarah. Kitalah amal, kitalah ishlah-perbaikan, kitalah amanah, dan kitalah kesopanan dan kasih sayang . inilah yang harus keluar dari setiap diri kita, setiap diri yang berusaha bergabung ke dalam barisan panjang kafilah pejuang.

Jika ideologi lain, pergerakan nilai lain, kekuatan dan keyakinan yang lain, menyapa ummat hanya pada saat-saat mereka membutuhkannya. Maka kita menyapa ummat sebanyak waktu yang kita miliki. Kita tidak mengenal ummat sebagai alat tujuan kita. Kebahagiaan mereka dalam ketaatan adalah kebahagiaan pergerakan kita. Itulah tujuan kita, “Sampai tidak ada lagi fitnah, dan semua ketaatan hanya milik Allah semata”.

Inilah jalan panjang perjuangan yang selalu kita perbaharui setiap saat. Yang hidup dan berkembang dalam diri kita. Yang mengarahkan emosi, kemauan, dan semangat hidup kita. Menjadi simbol-simbol kebangkitan, sembari menyerukan dan memperjuangkannya.

Sejak hari ini, hendaklah setiap ruh pejuang menyedarinya. Menjadikannya cermin terhadap kelemahan diri, kekerdilan hati, dan miskinnya ruh. Mengoreksi kelemahan, ketidakberdayaan, dan perasaan cepat puas. Mengevaluasi pengakuan sebagai bagian dari barisan pejuang. Untuk selanjutnya bangkit dan mengukir pembuktian. Semoga Allah melapangkan antara hati kita dengan komitmen ini, melapangkan komitmen tersebut dengan amal kita. untuk selanjutnya berkenan menjawab dan mengabulkan permohonan dan senandung perjuangan kita.

Jadi… inilah diri kita. Dimana tutur kata, sikap dan perilakunya adalah simbol dakwah yang diperjuangkan. Masyarakat dan ummat ini sedang menanti, kapankah kiranya akan hadir jiwa-jiwa yang jujur atas perkataan, sikap dan perbuatannya. Tinggallah kita, berusaha secepatnya hadir di tengah mereka, menjawab kerinduan dan pengharapannya.

llahu’alam…



Al Izzah edisi Maret 2004

Sabtu, 05 Juni 2010

PUISI : HUJAN MEMBAWA BAYANGMU PERGI…

sebuah puisi dari sumber :
http://daengbattala.com/?p=610
















Sudah lama, aku menyulam khayalan pada tirai hujan
menata wajahmu disana serupa puzzle,
sekeping demi sekeping, dengan perekat kenangan di tiap sisinya
lalu saat semuanya menjelma sempurna
kubingkai lukisan parasmu itu dalam setiap leleh rindu
yang kupelihara di sudut hati dengan rasa masygul
dari musim ke musim

“Cinta selalu memendam rahasia dan misterinya sendiri,
pada langit, pada hujan,” katamu lirih terbata-bata.
Dan seketika, linangan air matamu menjelma
bagai deras aliran sungai yang menghanyutkanku jauh ke hulu
dimana setiap harapan kita karam disana

Sudah lama, aku memindai sosokmu pada derai gerimis
memastikan setiap serpih mimpiku untuk bersama
membangun surga di telapak kakimu dapat menjadi nyata
tapi selalu, semuanya segera berlalu
dan sirna bersama desir angin di beranda

“Percayalah, aku ada dinadimu seperti kamu ada didarahku,”bisikmu pelan
ketika bayangmu, perlahan memudar dibalik rinai hujan..

Maaf Bunda,,aku pergi (sebuah catatan seorang anak)

dari blog tetangga
http://ngerumpi.com/baca/2010/01/16/maaf-bunda-aku-pergi-sebuah-catatan-seorang-anak.html


Sabtu, 16 Jan '10 09:28

Tubuhku tak berhenti berputar. Dan aku tau aku membuatmu sangat tidak nyaman. Diantara kesibukanmu itu, kau harus menahan rasa yang campur aduk itu. Tapi kau tak memarahiku. Kau malah mengelusku. Maaf..

Kau mulai banyak berbincang denganku. Aku senang. Belum lagi alunan bacaan kitapmu, membuatku sangat nyaman disini. Kau mengajakku mengenal yang katamu Tuhan. Kau selalu mendoakan aku. Kau sangat menghargai kehadiranku. Rasanya ingin sekali aku segera melihatmu. Menyentuh tangan yang selalu mengelusku ini. Kau sangat menyayangiku, buktinya kau berjanji akan makan banyak dan bergizi walau aku tau itu bohong. Karena kau tak pernah bisa makan banyak, ditambah aku yang membuatmu harus mengeluarkan makanan yang masuk ketubuhmu itu. Akupun berjanji tidak akan nakal disini.

Sepertinya kau tak enak hati ya. Aku merasakannya disini. Kenapa? Maukan kau berbagi denganku. Ceritakanlah. Karena saat kau tak enak hati, akupun jadi ingin bergejolak. Ingin berontak. Tapi kau tak membaginya denganku. Aku sedih. Apa aku melakukan kesalahan? Tapi apa? Adakah sesuatu yang membuatmu marah? Biarkan aku tau semua, apa yang mengganggumu. Kau tetap tak menjawab. Malah tiba-tiba aku berguncang. Pasti kau menangis kan? Sudah jangan menangis, kau membuatku berguncang. Aku tak akan memaksamu bercerita lagi, tapi hentikan dulu tangismu.

Aku terkejut. Aku sangat merasa tak enak akhir-akhir ini. Kenapa ya. Kau kan selalu merawatku dengan baik. Tak mungkin aku kenapa-kenapa. Apalagi dengan doa yang selalu kau ucapkan pada Tuhanmu itu. Semakin lama aku makin merasa tak enak disini. Sepertinya kau memasukan barang-barang yang tidak aku kenal. Apa yang kau makan itu? Tubuhku serasa panas seperti terbakar. Tolong hentikan. Aku tidak kuat. Tapi tanganmu mengelusku. Katamu kau sedang sakit, ehmm apa yah kau menyebut penyakit itu, sulit ku ingat. Apa tidak ada cara lain selain memasukan barang-barang itu ke tubuhmu? Apa kau tak beritahu mereka ada aku disini? Kau memintaku bersabar. Baiklah,aku memaafkan mereka kali ini, karena kau yang meminta. Tapi makin lama barang-barang itu makin menyakitiku. Aku berusaha beritahu kau. Kau minta aku bertahan. Baiklah, aku akan bertahan walau aku makin melemah. Semoga kau cepat sembuh dari penyakit itu, biar barang-barang itu tidak perlu lagi mengenaiku.

Tiba-tiba aku mulai merasakan sakit yang amat sangat, aku menangis dan menggeliat keras. Aku sudah tidak bisa menahan lagi. Aku tidak kuat. Tubuhku mulai meluruh,sakit sekali. Kaupun tidak kalah menggeliat menahan sakit. Aaarrggh.. maaf, aku tidak kuasa lagi bertahan.

Kali ini aku yang mengucap doa pada Tuhanmu itu, doa yang biasa kau ucapkan untukku tiap saat. Aku ingin aku dan kau baik-baik saja. Tapi sepertinya Tuhanmu malah mengajakku pergi. Aku diminta memilih. Aku memilih meninggalkanmu disitu. Mungkin akan jauh lebih baik untuk kita. Biar aku tunggu kau disana. Aku akan baik-baik saja. Jangan takut, walau aku tak pernah sempat melihatmu tapi aku pasti mengenalimu.
Aku pamit. Maaf tak sempat menyentuh tanganmu. Tak sempat melihat wajahmu. Maaf..

Tulisan ini khusus dibuat untuk saudara perempuanku, Bunda.
Love u too..my Sista